Oktaviani Ariyaningsih : Cahaya Pembasmi Hama
RINGKASAN ARTIKEL
”Perancangan
Piranti Perangkap Serangga Berbasis Intensitas Cahaya”
Artikel berjudul "Perancangan Piranti Perangkap
Serangga Hama dengan Intensitas Cahaya" membahas penggunaan intensitas
cahaya sebagai pengendali hama. Penelitian ini dilakukan oleh Endy Sjaiful Alim
dan Harry Ramza dari Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA, Jakarta. Artikel ini dipublikasikan di Rekayasa
Teknologi Vol. 3, No. 1, 2012.
Tulisan
ini membahas penggunaan intensitas cahaya sebagai piranti pengendali hama
serangga dalam konteks pertanian dan pakan ternak. Serangga, yang merupakan
kelompok hama utama, dapat diatasi melalui pengaturan faktor fisik, seperti
suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya. Fokusnya adalah pada pengaruh
intensitas cahaya terhadap perilaku serangga dan bagaimana hal ini dapat
dimanfaatkan untuk menangkap serangga hama, yang kemudian bisa digunakan dalam
pertanian untuk pengendalian hama dan sebagai sumber pakan ternak. Cahaya memiliki daya tarik dan dapat
mempengaruhi perilaku serangga, dengan intensitas tertentu akan diperoleh
efisiensi sumber energi dan daya pikat untuk mengumpulkan serangga hama.
Artikel ini menekankan pentingnya penggunaan alat yang efektif dan efisien agar
cahaya dapat dipergunakan secara praktis di lahan pertanian.
Serangga merupakan kelompok terbesar dalam dunia hewan
dengan jumlah spesies mencapai 4-8 juta. Serangga memiliki kemampuan adaptasi
tinggi terhadap kondisi lingkungan dan memiliki jenis makanan yang beragam.
Sebagai hama, serangga dapat dikendalikan secara fisik, termasuk melalui
pengaturan faktor-faktor fisik seperti suhu, kelembaban, suara, dan cahaya.
Beberapa jenis serangga, seperti yang fototropik positif, tertarik terhadap
cahaya.
Suhu dan kelembaban memengaruhi penguapan cairan tubuh
serangga, preferensi tempat hidup, dan perilaku. Cahaya juga memengaruhi aktivitas
serangga, baik diurnal, nokturnal, maupun krepuskular. Serangga dapat dibedakan
berdasarkan kemampuan adaptasinya terhadap faktor fisik, dan jenis serangga
fototropik positif tertarik terhadap cahaya.
Setiap cahaya yang terpancar memiliki satuan intensitas
tertentu, dan besarnya intensitas cahaya dapat mempengaruhi perilaku serangga
hama. Dalam konteks ini, penelitian ini menyarankan bahwa cahaya dapat
digunakan sebagai pembasmi serangga hama, dan serangga yang tertangkap dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak berkualitas.
Artikel menjelaskan bahwa pengukuran intensitas cahaya
dapat dilakukan dengan mengamati energi cahaya melalui flow cytometers. Flow
cytometers adalah alat yang dilengkapi dengan laser untuk menganalisis individu
sel secara sekuensial. Sumber cahaya utama dalam flow cytometer adalah laser,
yang dipilih karena kemampuannya dalam menghasilkan berkas cahaya elliptis.
Laser digunakan sebagai sumber cahaya dalam flow
cytometer karena kemampuannya menghasilkan berkas cahaya yang dapat difokuskan.
Artikel menjelaskan karakteristik cahaya sebagai bentuk energi yang terdiri
dari partikel-partikel disebut fotón, dengan panjang gelombang sebanding dengan
energinya.
Fluidics
merupakan bagian sensitif pada setiap flow cytometer. Gangguan pada fluidics
dapat menyebabkan kesalahan dalam pengukuran, seperti sumbatan celah pada
aliran larutan, gelembung udara, kebocoran, dan kesalahan lainnya. Artikel menyoroti pentingnya menjaga stabilitas fluidics
agar hasil pengukuran akurat.
Deteksi sinyal dilakukan dengan menggunakan
photomultiplier cathode-ray dan rangkaian elektronika. Sinyal yang dihasilkan
oleh setiap sel dicatat sebagai oscilloscope trace, dan integrasi sinyal ini
menghasilkan nilai numerik bagi fluoresensi dan side scatter.
Rancangan Alat Penangkap Serangga Hama : Rancangan alat
penangkap serangga hama dilakukan setelah mendapatkan nilai intensitas cahaya
yang efektif melalui uji laboratorium. Artikel memberikan penjelasan tentang
mekanisme kerja alat penangkap serangga hama yang melibatkan empat lampu dengan
durasi penyalaan yang berbeda. Setelah lampu utama menyala untuk mengumpulkan
serangga, lampu perangkap serangga kecil, sedang, dan besar diaktifkan secara
berturut-turut dengan filter yang sesuai untuk masing-masing ukuran serangga.
Implementasi
dari alat penangkap serangga dijelaskan melalui rancangan prototipe dan diagram
alir. Beberapa skenario pengujian dilakukan dalam kondisi laboratorium untuk
mengukur efektivitas alat ini dalam menangkap serangga hama dalam tiga kategori
ukuran yang berbeda. Hasilnya memperlihatkan bahwa piranti penangkap serangga
ini dapat bekerja sesuai dengan harapan, dan waktu penyalaan lampu dapat diatur
untuk mencapai hasil optimal.
Data Uji Laboratorium : Uji laboratorium dilakukan dengan
mengimplementasikan dua kondisi jumlah siklus penangkapan serangga tiap jam.
Kondisi pertama menghasilkan 6 siklus penangkapan serangga tiap jam, dengan
durasi lampu menyala yang berbeda untuk masing-masing lampu. Kondisi kedua
menghasilkan 3 siklus penangkapan serangga tiap jam dengan durasi yang
disesuaikan.
Artikel mencoba dua tipe catudaya berbeda, yakni catudaya
kering GS 7 M 12V, 7 Ah, dan catudaya basah GS 12 DC 75. Hasilnya menunjukkan
bahwa catudaya kering dapat digunakan selama 10 jam/hari dengan ketahanan
energi selama 1 hari, sedangkan catudaya basah dapat digunakan selama 10
jam/hari dengan ketahanan energi selama 5 hari.
Hasil implementasi dan analisis data uji coba menunjukkan
bahwa alat penangkap serangga hama dengan intensitas cahaya yang dirancang
memiliki mekanisme kerja sesuai rancangan. Mikrokontroler dan relay berhasil
mengendalikan nyala lampu secara berturut-turut dalam siklus penangkapan
serangga. Skenario 6 siklus dan 3 siklus penangkapan serangga tiap jam berhasil
dijalankan.
Tugas
Oleh:
Kelas | Matakuliah : 5B | Pemodelan dan Simulasi
NIM: 2103015100
Sumber Referensi : Cahaya Pembasmi Hama
Sumber Tugas : Online Learning UHAMKA
Comments
Post a Comment